OTHERS
Daftar pertanyaan yang sering diajukan oleh klien kami terkait layanan, model kerjasama hingga informasi umum lainnya mengenai Softwareseni.
Referensi konkrit yang Softwareseni sediakan untuk membantu Anda menemukan jawaban atas pertanyaan dan kebutuhan digital Anda.
Rincian kebijakan Softwareseni terkait dengan penggunaan, pengungkapan, penyimpanan, penghapusan, pengiriman dan/atau perlindungan Informasi Pribadi milik klien kami.
ABOUT US
Tentang Softwareseni
Softwareseni adalah salah satu Software House dengan compliance terbaik yang ada di Indonesia. Softwareseni juga merupakan perusahaan konsultasi IT yang melayani jasa pembuatan software, maintenance website, aplikasi serta IT developer outsourcing. Berawal dari 2013 dengan klien Australia dan berkembang ke berbagai negara, hingga di 2017 Softwareseni mulai mengerjakan berbagai project digital untuk perusahaan Indonesia.
Indonesia
© 2022 SoftwareSeni all rights reserved.
Blog
Business
Tips Sukses Dalam Membuat Produk Digital
Jelajahi lebih jauh berbagai layanan otomotif kami di sini!
MULAI
MULAI
Business
Dec 20, 2023

Tips Sukses Dalam Membuat Produk Digital

PENULIS
Rian Romadhon
BAGIKAN ARTIKEL INI

Membuat Produk Digital itu tidak sesimpel yang kamu bayangkan. Mulai dari rancangan blueprint, hingga keberlangsungan bisnis juga perlu banget untuk dipikirkan matang-matang. Sayangnya, masih sedikit orang yang benar-benar paham akan hal ini. Akibatnya, potensial profit yang bisa didapatkan oleh perusahaan dari pengembangan produk digital hilang begitu saja.

Pertumbuhan perusahan startup di Indonesia harusnya cukup menjadi bukti bahwa produk digital itu memiliki nilai ekonomi yang begitu tinggi. Tentunya, itu bukan sekadar kode program saja. Aset di dalam produk digital itu sungguhlah banyak. Nah, disinilah titik lemah banyak orang. Ketidakmampuan membangun produk digital yang reliable guna memastikan aset dalam platform memiliki nilai ekonomi yang dapat menunjang keberlangsungan bisnis perusahaan.

Mungkin kamu bingung, produk digital apa yang sedang dibahas. Betul, file audio merupakan produk digital, foto di smartphone adalah produk digital. Namun sayang, bukan itu yang akan dibahas. Untuk artikel ini, produk digital yang dimaksud adalah website, software, dan mobile app.

Bagaimana? 

Sejauh mana pengetahuanmu tentang produk digital (website, software, dan mobile app)?

Apakah kamu hanya sekadar user? 

Atau kamu merupakan calon founder yang akan menciptakan solusi melalui produk digital?

Percaya deh, sedalam apapun pemahamanmu tentang dunia produk digital (website, software, dan mobile app), kamu bisa banget mengikuti artikel ini dengan mudah.

Membuat Produk Digital

Wah, kalau proses membuat produk digital itu kompleks, apakah untuk orang non IT bisa? Jawabannya BISA! Pake banget! Kurang ngegas apa lagi coba hahahaha. Jangan perkara kamu tidak tahu koding lantas menjadikan kamu zonk dalam proses membuat produk digital. Jangan sedih, proses membuat produk digital itu tidak melulu tentang IT kok.

membuat produk digital

Simak proses membuat produk digital:

1. Idea

Produk digital itu bukanlah produk sekali jadi. Banyak proses yang terjadi bahkan jauh sebelum produk digital jadi. Inisiasi idea terhadap solusi yang akan diberikan kepada masyarakat / perusahaan melalui produk digital harus benar-benar jelas. Sebagai perusahaan Software House yang sudah banyak membantu beberapa perusahaan startup untuk membuat produk digital, SoftwareSeni sering sekali melihat ketidakjelasan idea yang terkadang justru menjadi hambatan dalam pengembangan produk digital.

Jika kamu memiliki ide yang bisa diwujudkan melalui produk digital, pastikan idea kamu jelas. Jika terdapat keraguan dalam tujuan / cara produk digital bekerja, kamu perlu waspada akan kemungkinan proyek IT gagal.

2. Tujuan / Objektif

Kamu pasti memiliki tujuan ketika sudah bulat memutuskan untuk membuat produk digital. Selain tujuan, kamu juga perlu banget membuat objektif saat bulat memutuskan untuk membuat produk digital. Objektif akan membantu kamu dalam mengukur tingkat fisibilitas proyek dengan tujuan yang ingin kamu capai.

Banyak orang yang keliru. Keliru dalam menentukan tujuan & objektif. Pasalnya, elemen-elemen yang akan kamu masukan sebagai objektif ini lah yang akan menentukan apakah tujuan proyek / bisnis produk digital kamu akan berhasil.

Misalnya, kamu sudah bulat memutuskan untuk membuat produk digital untuk jasa pengajar atau guru les.

Tujuan membuat produk digital tersebut tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan juga meningkatkan daya saing siswa di Indonesia.

Objektif dari bisnis tersebut adalah untuk mendapatkan minimal 50 jenis keterampilan / keilmuan. Memberikan program training / sertifikasi gratis sekali setahun bagi tutor / coach yang berprestasi. Dan lain sebagainya.

Bisa kamu amati jika objektif yang yang dibuat turut mendukung tercapainya tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru & juga memberikan lebih banyak pilihan keilmuan / keterampilan bagi siswa guna meningkatkan daya saing.

Gimana? 

Coba cek lagi tujuan & objektif kamu, apakah saling berbenturan / justru saling mendukung?

3. Solusi & Alternatif

Nah, produk digital itu sangat banyak macamnya. Mulai dari website sederhana, hingga software kompleks bisa kamu pilih. Tentunya, kembali lagi, harus sejalan dengan tujuan dan objektif. Apakah produk digital yang kamu pilih bisa memenuhi objektif yang sudah kamu buat? Opsi alternatif apa yang kamu punya, jika memang 1 jenis produk digital saja tidak cukup? Mulai dari seberapa banyak resource yang kamu punya. Human capital & fund merupakan resource yang paling banyak dibutuhkan.

Dalam membangun produk digital, kamu tentu tidak bisa bekerja seorang diri. Kecuali, kamu adalah seorang software developer senior dan bahkan sanggup untuk memerankan Software Architect dalam satu waktu. Selain itu, tentu saja, jika kamu memiliki team, mereka butuh gaji, akomodasi, serta fasilitas penunjang produktivitas guna membangun produk digital.

Nah, dalam dunia IT ada beberapa produk digital yang mungkin akan menjadi pilihan:

- Web app

- Mobile app

- Hybrid app (PWA)

Yang membedakan apa? Harga. 

Yap, arti harga disini jangan diartikan seperti membeli beras kiloan ya. Harga itu bisa berupa lamanya waktu yang dipakai untuk membuat produk digital, atau uang yang harus dikeluarkan untuk membangun produk digital. Lalu, apa saja yang menentukan tinggi rendahnya harga sebuah produk digital?

Jawabannya simple. Kompleksitas & platform yang akan dibangun. Oh iya, kalau kamu pengen tahu lebih lanjut tentang bagaimana menentukan harga pembuatan produk digital, bisa banget loh baca artikel Berapa Biaya Yang Dibutuhkan Untuk Pembuatan Aplikasi Berbasis Web.

Jadi, kamu pilih yang mana?

4. Finalisasi ide

Yuk, finalisasi ide. Jangan biarkan ide kerenmu diam begitu saja. Jadi, gimana? Produk digital apa yang akan kamu bangun? Web App? Mobile App? Atau bahkan Hybrid App? Jika kamu sudah memutuskan produk digital apa yang akan dibangun, langkah selanjutnya adalah membuat design & wireframe produk.

Apa itu wireframe?

Wireframe bisa dibilang sebagai blueprint dari produk digital yang akan dibangun.

Tentunya, kamu harus sudah memiliki list fitur apa saja yang ingin kamu buat. Jangan sampai, kamu bahkan belum tahu fitur-fitur apa saja yang dibutuhkan. Kenapa? Itu bisa menjadi ganjalan dalam proses development produk digital.

Wah, kamu merasa kesulitan dalam proses ini? Jangan sedih, SoftwareSeni bisa banget bantu kamu untuk mempersiapkan dokumen spesifikasi produk digital, wireframe, dan mockup produk digital.

5. Mulai development

Nah, proses inilah yang akan menjadi titik tumpu proyek IT. Apakah proyek akan berjalan dengan baik, atau kah gagal total? Yang jelas, kehadiran seorang Software Architect ini sangat membantu terhadap keberlangsungan proyek IT. Oh iya, SoftwareSeni punya beberapa ulasan tentang teknologi yang bisa kamu gunakan dalam proses development produk digital.

Membuat web app pakai wordpress masih reliabel?

Mungkin ketika kamu mendengar kata wordpress, yang kamu bayangkan adalah website super minimalis dengan template seadannya yang itu-itu saja, bukan? Tahukah kamu kalau teknologi wordpress dipakai oleh 30% website di dunia? Kalau sebiasa itu, masa sih wordpress bisa menguasai 30% pasar website? Coba deh baca artikel SoftwareSeni: Membuat web app pakai wordpress masih reliabel?

Membuat mobile app menggunakan react native?

Jadi, pilihan produk digital yang ingin kamu bangun adalah mobile app? Jika ya, sepertinya teknologi react native bisa kamu pelajari. Ada beberapa keunggulan yang bisa kamu dapatkan jika membuat produk digital mobile app menggunakan react native. Mau tahu apa saja? Coba kulik artikel SoftwareSeni: Membuat mobile app menggunakan react native.

Membuat aplikasi dengan Progressive Web App (PWA)?

Masih asing ya dengan teknologi Progressive web app? Kalo kamu berniat untuk membangun platform hybrid app, PWA merupakan teknologi yang bisa banget kamu andalkan. Apa itu hybrid app? Udah deh, jangan banyak tanya, langsung meluncur ke artikel SoftwareSeni: Membuat aplikasi dengan teknologi Progressive Web App. Jangan sampe kurang update ya! Eheee.

6. Tes tes

Jangan abaikan ini. Banyak “oknum” yang mencoba untuk melewatkan bagian ini karena terlalu memakan banyak waktu. Padahal, melakukan testing produk digital akan menentukan kualitas serta ketahanan sistem dari serangan hacker hingga yang paling berbahaya adalah pencurian data.

Selain itu, pastikan user experience dan user interface produk digital layak untuk digunakan oleh user. Jangan sampai, produk digital yang belum lulus quality control bisa launch ke pasaran. 

Kenapa? 

Produk digital itu memiliki sistem. Sedangkan sistem itu tidak ada yang sempurna. Semua pasti ada celah. Rangkaian tes ini dipercaya sebagai langkah preventif dan juga mempersempit celah kelemahan sistem. Bayangkan apa jadinya jika produk yang belum lulus quality control tetapi sudah digunakan oleh banyak user.

Sayangnya, lagi-lagi, banyak oknum yang menganggap remeh tahapan ini. Rata-rata memiliki tujuan yang sama. Menghemat anggaran. Eits, pada awalnya memang terlihat seperti itu. Tetapi ketahuilah, biaya untuk memperbaiki sistem itu jauh lebih mahal loh!

Kamu perlu ingat, konsumen / user sekarang jauh lebih cerdas. Pentingnya keamanan data harus menjadi prioritas. Bagi perusahaan maupun user. Jadi, sudah pahamkan kenapa low-cost software development itu bahaya? Ehee.

7. Implementasi

Selamat! Proses membangun produk digital kamu sudah selesai. Sekarang waktunya implementasi produk digital. Apa saja ya yang harus kamu persiapkan untuk memastikan produk digital untuk bisa bekerja dengan baik?

System Administrator (DevOps)

Kamu kudu ngerti nih, produk digital macam web app, mobile app, ataupun yang hybrid sekalipun, butuh banget yang namanya system administrator. Mungkin kamu sering mendengar kata sysadmin. Mereka itu bukan sis sis di online shop loh ya! Tetapi, mereka adalah orang yang akan mengatur dan mengontrol server dan sistem dalam produk digital. Sehingga, jika kamu menemukan ada server down, atau lupa password, atau hal-hal yang berkaitan dengan sistem dan server, sudah tahu kan larinya ke siapa? Jangan sampai produk digital yang sudah kamu bangun tidak bisa bekerja karena ada masalah pada server ataupun sistem ya.

Akan keren jika kamu memiliki dedicated system administrator untuk mengelola produk digital yang sudah dibuat. Apa? Tidak punya? Huhuhuhu… Jangan sedih. Hubungi SoftwareSeni, ya. Pasti kami sediakan solusinya. Hahahahaha.

Tim bisnis (Business Development, Marketing, CS, dll)

Kalau kamu memang memiliki tujuan profit terhadap produk digital yang kamu kembangkan. Tim bisnis bakal punya peran vital untuk memastikan keberlangsungan bisnis maupun operasional perusahaan.

Business development akan menjadi agen revenue perusahaan, marketing akan menjadi agen “citra” perusahaan, CS akan menjadi “solusi” konsumen. Dan masih banyak peran lainnya.

Tim data (Data Analyst, Business Intelligence, dll)

Permintaan pasar terhadap data analyst sedang meningkat tajam. Namun sayang, talent yang memiliki kemampuan data analyst masih dibilang sedikit. Padahal, data itu minyak loh bagi perusahaan. Kamu bisa menentukan harga produk yang kamu tawarkan, hingga memberikan penawaran-penawaran spesial bagi konsumen setia produk digital kamu hanya dengan analisis data.

Tim Operasional (Human resource, General Affair, dll)

Perusahaan tidak akan bisa bekerja jika tidak ada tenaga kerja a.k.a karyawan. Nah, HRD akan memastikan dan memilih tenaga kerja yang sesuai dengan posisi dan juga kemampuan orang tersebut. Apa jadinya jika suatu posisi dalam perusahaan tidak diduduki oleh orang yang memiliki kapabilitas? Ambyar. Hahahaha.

Wow…. Banyak ya? Harus semua tuh?

Tenang, jangan sedih. Tidak instan semua harus ada ketika proses membuat produk digital selesai kok. Tinggal pilih prioritas saja. Oh iya, jika kamu adalah founder perusahaan startup, mungkin dua artikel dibawah ini akan sedikit banyak membantu:

5 Tips Sukses Dalam Membuat Produk Digital

Meskipun demikian, tidak semua proses maupun implementasi setelah membuat produk digital itu berjalan sukses. Tentunya kegagalan produk digital bukan terjadi karena 1 hal saja. Ada banyak. Oh iya, kalau kamu mau tahu apa saja 4 alasan proyek IT gagal. SoftwareSeni pernah menulisnya. Silahkan baca artikel nya ya! Ehe.

sukses membuat produk digital

Lantas, bagaimana caranya agar sukses? Simak 5 tips berikut ini:

1. Software Architect

Peran seorang software architect dalam proses membuat produk digital itu sangat penting. Oh iya, sebelumnya, apakah kamu sudah tahu seperti apa peran dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang software architect? Kalau belum, coba deh kamu baca artikel tentang Software Architect di blog SoftwareSeni.

Lanjut ke topik kenapa peran seorang software architect itu penting, ya! Eheee. Ketika kamu mencetuskan untuk membuat produk digital berupa web app, mobile app, ataupun hybrid app, seorang software architect akan menilai tingkat fisibilitas (kelayakan) dari teknologi yang akan dipakai. 

Seorang software architect itu perlu banget paham dan menguasai ilmu tentang software development dari end-to-end. Mulai dari proses design, hingga market. Jika ada ketidaksesuaian terkait dengan teknologi yang akan dipakai sebelum membuat produk digital, Software Architect akan mencari solusi agar proyek bisa terus berjalan dengan baik.

Oh iya, tolong bedakan ya antara project manager dengan software architect. Mereka itu memiliki peran yang berbeda. Software architect itu sifatnya konsultatif. Sedangkan, project manager itu sifatnya koordinatif. Misalnya kamu memutuskan untuk membuat produk digital berupa mobile app menggunakan react native. Seorang software architect akan menilai segi efisiensi software dan kelayakan software jika dibangun menggunakan react native. Kenapa? Tidak semua mobile app membutuhkan teknologi react native. Bisa terlalu overkill, atau bahkan underspec. Produk digital itu kudu optimal. Tidak boleh terlalu “canggih” karena akan memakan biaya yang tidak sedikit. Juga tidak boleh terlalu “sederhana” karena akan menghambat pengembangan software jangka panjang. Harus ditengah tengah.  

2. Insource / Outsource

Ada dua cara dalam membuat produk digital. Pertama, menggunakan sumber daya manusia yang kamu miliki. Cara ini sering disebut dengan insourcing. Semua proses software development dilakukan dalam perusahaan. 

Nah, kebanyakan perusahaan startup itu belum mampu untuk melakukan hiring developer secara besar-besaran. Rata-rata baru founder & co-founder saja. Hingga paling tidak produk digital jadi. Oleh karena itu, opsi untuk bekerja sama dengan vendor Software House Indonesia merupakan cara terbaik untuk memastikan proses software development berjalan dengan baik. Langkah ini yang sering kamu kenal dengan outsourcing.

Untuk menentukan apakah kamu akan melakukan software development secara insourcing / outsourcing adalah dengan mengidentifikasi antara kebutuhan dan kemampuan. Jika kamu memiliki kebutuhan yang banyak, namun memiliki kurang atau bahkan tidak punya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan produk digital, cara outsourcing adalah yang paling tepat.

Oh iya, kalau kamu pengen tahu apa saja sih kelebihan / kekurangan dari metode insourcing / outsourcing dalam membuat produk digital, bisa banget loh kamu baca tentang insourcing atau outsourcing secara lengkap. Eheeee.

3. Digital Marketing

Apakah produk digital saja sudah cukup? Baik produk digital yang dikomersialkan, maupun digunakan untuk internal perusahaan sama-sama butuh yang namanya marketing. Marketing itu bukan cuma perihal menjual tetapi juga mengedukasi market tentang produk yang ditawarkan. 

Sehingga, tidak terjadi perbedaan ekspektasi antara perusahaan dengan target market yang berkaitan dengan produk. Salah apabila kamu mengalokasikan nol rupiah dalam aktivitas digital marketing. 

Kamu pikir, membuat konten yang original berkualitas dengan kata-kata yang mudah dipahami Google untuk mendapatkan peringkat atas di Google search itu mudah? 

Apakah social media yang menarik itu bisa dengan mudah dan cepat untuk mendapatkan audience yang tepat? 

Begitu juga dengan sosialisasi atau training perihal produk digital baru yang akan digunakan dalam perusahaan.

Digital marketing dinilai sebagai cara efektif untuk mengedukasi pasar perihal produk atau nilai yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Kenapa? 30% waktu produktif masyarakat berada di dunia digital. Meskipun hanya 30% saja, kamu punya fleksibilitas tinggi perihal seberapa intens informasi perihal produk digital ditampilkan baik di google maupun media social dengan biaya yang relatif terjangkau. 

Biasanya, bagi perusahaan yang akan mengkomersialkan produk digital, konten marketing merupakan langkah pertama yang dilakukan. Nah, jika konten marketing sudah matang, dan google sudah bisa membaca informasi terkait produk digital kamu, baik yang kamu buat via postal media umum macam kompasiana, kaskus, dkk, atau bahkan website blog milik perusahan kamu sendiri. Mulai merambah ke dunia iklan digital. Kamu kudu paham banget tentang Google ads & facebook ads. Itu karena kedua platform menawarkan cara beriklan yang cukup berbeda. Begitu loh. Hehehehe.

4. Inovasi

SoftwareSeni cukup sering membahas tentang ini. Inovasi merupakan salah satu cara perusahaan meningkatkan daya saing bisnis mereka. Namun, masih banyak orang yang belum paham akan hal ini. Sehingga, banyak inovasi yang justru berakhir mandeg. Sia-sia. Nah, inovasi bisa banget diwujudkan dengan berbagai macam cara. Gak melulu produk yang mengalami inovasi. Bisa dengan transformasi digital bisnis, misalnya. Ada 2 kesalahan fatal yang banyak dilakukan oleh perusahaan terhadap inovasi yang dilakukan:

Inovasi tanpa mempertimbangkan daya saing perusahaan

Kesalahan ini sering dilakukan oleh perusahaan yang sedang melakukan transformasi digital bisnis. Banyak yang beranggapan, bahwa semakin banyak teknologi yang dipakai, otomatis proses transformasi digital bisnis akan berhasil. Padahal tidak juga. Karena pada akhirnya sumber daya manusia nya lah yang akan menentukan berhasil atau tidaknya transformasi digital bisnis suatu perusahaan. Nah, untuk tahu lebih detail perihal ini, SoftwareSeni sudah menyiapkan artikel tentang transformasi digital bisnis untuk kamu baca. Eheee.

Inovasi tanpa mempertimbangkan konsumen

Tahukah kamu? 42% kegagalan perusahaan startup itu karena tidak ada market yang membutuhkan produk mereka. Tentu bukan data asal-asalan. CBinsights.com lah yang mempublikasikan data tersebut. Padahal, kamu tahu sendiri, perusahaan startup itu terbentuk dari inovasi-inovasi produk maupun jasa. Namun sayang, inovasi yang seharusnya mampu meningkatkan daya saing, justru menjadi bumerang bagi perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, dalam melakukan inovasi tidak boleh sembarangan. Ada tahap yang dinamakan market research. Tahap tersebut dilakukan untuk memastikan jika inovasi produk yang dilakukan oleh perusahaan startup ada pasarnya. Jangan sampai, setelah kamu jauh-jauh berjalan mengembangkan produk digital, tetapi tidak ada orang yang membutuhkan produk tersebut.

5. Investasi

Oh iya, kamu sudah tahu kan, biaya & waktu yang kamu pakai untuk membuat produk digital bisa dikategorikan sebagai investasi? Namun, banyak orang yang melihat justru dari pandangan yang berlawanan. Menganggap produk digital merupakan liabilitas mereka. 

Nah, disinilah semua berasal. Semua biaya yang terpakai dalam membangun produk digital akan dihitung sebagai pengeluaran. Sehingga, banyak perusahaan yang tidak memiliki strategi return of investment (ROI) dari biaya yang telah dikeluarkan untuk membuat produk digital. 

Akibatnya, banyak orang yang mengorbankan proyek IT demi mendapatkan harga semurah mungkin. Menutup mata akan fungsi dan optimasi produk digital. Serius deh, low-cost software development itu bahaya.

Kesimpulan

Membuat produk digital itu tidak semudah yang kamu bayangkan. Produk digital itu bisa dari foto digital yang kamu punya, hingga software aplikasi kompleks yang memiliki begitu banyak fungsi. Tetapi, yang akan menjadi bintang di artikel ini adalah software. Software itu meliputi web app, mobile app, maupun hybrid app.

Ada beberapa tahapan dalam membuat produk digital yang perlu kamu pahami.

Pertama, Idea. Idea merupakan hasil buah pikir yang biasanya datang untuk menyelesaikan suatu masalah. Bisa datang dari kegundahan, atau bahkan datang dari lingkungan sekitarmu. Begitu juga dengan produk digital. Idea bisa datang ketika kamu melihat inefisiensi kerja, atau bahkan kamu melihat peluang pasar akan suatu produk / jasa. Kedua adalah tujuan & objektif dari pembuatan produk digital. Tentu ketika suatu idea muncul untuk membuat produk digital, harus dibarengi dengan tujuan dan objektif dari pembuatan produk digital. Kalau tidak ada. Mmm, perlu hati-hati kalau itu cuma omong kosong saja ehee.

Selanjutnya adalah solusi & alternative. Jenis produk digital itu banyak. Sangat disarankan untuk memiliki beberapa opsi sebagai alternative. Bukan nya pesimistik akan kegagalan proyek. Tetapi, ada pepatah yang bilang “it’s always good to have plan B”. Ya kan? Ehee. Nah, yang keempat adalah finalisasi idea. Kamu harus banget nih, memutuskan apakah produk digital yang akan dibuat sudah seperti idea awal dan sesuai dengan tujuan dan objektif pembuatan produk digital? Biasanya, sebelum melakukan finalisasi ide, hingga desain mockup, seorang software architect akan kembali mereview apakah proyek IT untuk membuat produk digital layak untuk dilanjutkan, atau harus mendapatkan revisi.

Kelima adalah mulai development. Ada beberapa teknologi yang mungkin bisa kamu pertimbangkan untuk dalam membuat produk digital. Jika kamu berniat untuk membuat web app, kekuatan teknologi WordPress bisa kamu andalkan. Jangan anggap remeh, 30% website di dunia ditenagai oleh WordPress loh. Nah, jika kamu akan membuat mobile app, react native bisa untuk dipertimbangkan. Tahun 2019, data SoftwareSeni menunjukan permintaan yang melonjak hingga 2 kali untuk teknologi react native. Yang terakhir adalah hybrid app. Kamu bisa banget untuk membangun aplikasi hybrid dengan teknologi Progressive Web App (PWA).

Setelah kamu produk digital jadi, itu belum selesai 100%. Masih setengah matang. Perlu di tes dahulu untuk memastikan produk digital tidak memiliki celah besar dalam sistem ataupun keamanan data produk digital. Yap, selamat. Produk digital kamu sudah siap. System Administrator (DevOps), Tim bisnis (Business Development, Marketing, CS, dll), Tim data (Data Analyst, Business Intelligence, dll), Tim Operasional (Human resource, General Affair, dll) adalah elemen lain nih untuk menunjang implementasi produk digital.

Namun sayang, tidak semua proyek IT dalam membuat produk digital sukses. Nah, ada 5 tips sukses dalam membuat produk digital yang bisa kamu perhatikan. Pertama adalah peran software software architect. Kamu perlu bantuan seseorang yang benar-benar paham ilmu software development from end to end. Kedua adalah insourcing / outsourcing. Cara kamu mengembangkan software development akan memberi dampak yang cukup besar. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang ya! Yang ketiga adalah digital marketing. Jangan menutup mata akan jutaan konsumen potensial bagi perkembangan perusahaan. Keempat adalah inovasi. Inovasi merupakan kunci untuk tetap bertahan. Yang terakhir adalah investasi. Semua beban biaya dan waktu yang kamu habiskan dalam membuat produk digital merupakan investasi. Jadi, jangan lupa untuk membuat skenario return of investment (ROI).

Gimana? 

Ada yang bisa SoftwareSeni bantu? 

Hubungi kami ya! Eheee.


PENULIS
Rian Romadhon
BAGIKAN ARTIKEL INI
Jelajahi lebih jauh berbagai layanan otomotif kami di sini!
MULAI
MULAI

Let's Talk!

Punya Project atau Ingin Bekerja Sama?
Hubungi kami dan kembangkan Software impianmu, sekarang!