OTHERS
Daftar pertanyaan yang sering diajukan oleh klien kami terkait layanan, model kerjasama hingga informasi umum lainnya mengenai Softwareseni.
Referensi konkrit yang Softwareseni sediakan untuk membantu Anda menemukan jawaban atas pertanyaan dan kebutuhan digital Anda.
Rincian kebijakan Softwareseni terkait dengan penggunaan, pengungkapan, penyimpanan, penghapusan, pengiriman dan/atau perlindungan Informasi Pribadi milik klien kami.
ABOUT US
Tentang Softwareseni
Softwareseni adalah salah satu Software House dengan compliance terbaik yang ada di Indonesia. Softwareseni juga merupakan perusahaan konsultasi IT yang melayani jasa pembuatan software, maintenance website, aplikasi serta IT developer outsourcing. Berawal dari 2013 dengan klien Australia dan berkembang ke berbagai negara, hingga di 2017 Softwareseni mulai mengerjakan berbagai project digital untuk perusahaan Indonesia.
Indonesia
© 2022 SoftwareSeni all rights reserved.
Blog
Tech
Augmented Reality Adalah: Pengertian, Cara Kerja, dan Contohnya
Jelajahi lebih jauh berbagai layanan otomotif kami di sini!
MULAI
MULAI
Tech
Mar 10, 2025
Jun 9, 2025

Augmented Reality Adalah: Pengertian, Cara Kerja, dan Contohnya

PENULIS
Ivan Firmansyah
BAGIKAN ARTIKEL INI

Augmented Reality adalah teknologi yang menggabungkan elemen digital gambar, teks, atau objek 3D secara real-time ke dalam pandangan dunia nyata. Pasar AR global kini bernilai USD 77,98 miliar (2023) dan diperkirakan tumbuh pada CAGR 38,5 % hingga mencapai USD 2.804 miliar pada 2034. Di balik popularitas Pokémon Go dan fitur “try-on” virtual di e-commerce, AR menyimpan potensi besar untuk transformasi bisnis, mulai dari pelatihan karyawan hingga pemasaran interaktif. 

Namun, selain aspek teknis SLAM, marker vs markerless tracking ada pula tantangan etika, privasi, dan desain UX yang sering luput dibahas. Artikel ini menyajikan panduan menyeluruh: definisi, komponen, cara kerja, use-case, hingga best practice implementasi AR agar Anda siap memanfaatkan gelombang inovasi berikutnya.

Pengertian Augmented Reality

Augmented Reality (AR) adalah teknologi yang menambahkan (meng-augment) elemen digital teks, gambar 2-dimensi, objek 3-dimensi, bahkan audio ke dalam lingkungan dunia nyata secara real-time melalui kamera dan layar perangkat, sehingga pengguna melihat gabungan konten fisik-virtual dalam satu bidang pandang. Berbeda dengan Virtual Reality (VR) yang menutup seluruh pandangan dan menciptakan dunia simulasi, AR mempertahankan konteks lingkungan nyata dan hanya “menyisipkan” lapisan informasi digital di atasnya.

Agar efek ini tercipta, sistem AR membutuhkan tiga komponen kunci:

  1. Tracking & Mapping – menangkap posisi perangkat dan memetakan permukaan (marker-based atau markerless/SLAM).
  2. Rendering – menghitung perspektif serta menampilkan objek digital dengan skala dan orientasi akurat.
  3. Display & Interaksi – menyajikan hasil ke layar (smartphone, tablet) atau head-mounted display (HoloLens, Magic Leap) dan menerima input gestur/sentuhan.

Sejarah & Evolusi Augmented Reality

Sejarah & Evolusi Augmented Reality

Dekade / Tahun Tonggak Penting Sorotan Teknologi
1950-an Sensorama - Morton Heilig merancang "mesin pengalaman" multi-sensori Konsep imersi visual + haptic, belum interaktif
1968 Sword of Damocles - Ivan Sutherland membuat head-mounted display pertama HMD analog; rangka baja besar di langit-langit lab
1992 Virtual Fixtures - Louis Rosenberg (USAF) Istilah "augmented reality" mulai digunakan; overlay 3D bantu tugas presisi
1997 Boeing AR Maintenance - Caudell & Mizell Efisiensi pemasangan kabel pesawat dengan proyeksi AR
2000-an ARToolKit open-source; marker-based AR di PC & webcam Mempercepat eksperimen akademik & demo komersial
2009 FLARToolKit / NyARToolKit - port untuk Flash & mobile AR mulai merambah ponsel & kampanye pemasaran
2013 Google Glass diperkenalkan Memopulerkan konsep smart-glasses meski gagal mass-market
2016 Pokémon GO meledak global (+750 juta unduhan) Validasi skala adopsi AR berbasis GPS + kamera
2017 ARKit (Apple) & ARCore (Google) dirilis Markerless SLAM di iOS & Android; ledakan app AR
2019 HoloLens 2 rilis Pelacakan tangan penuh, FOV lebih lebar; fokus enterprise
2022 Snap Lens Studio & Instagram Spark AR capai jutaan kreator Creator-economy AR; filter real-time berbasis AI
2023-Now Spatial Computing & AR Cloud - Apple Vision Pro diumumkan Penggabungan XR, edge computing 5G/6G, haptics, AI generatif

Garis besar evolusi:

  1. Eksperimen Laboratorium (1950-1990-an) – hardware besar & mahal; fokus riset militer dan akademik.
  2. Komersialisasi Awal (2000-2015) – munculnya toolkit open-source dan kampanye pemasaran AR berbasis marker.
  3. Boom Mobile (2016-kini) – smartphone + ARKit/ARCore memudahkan deploy konten AR massal.
  4. Enterprise & XR Era – smart-glasses, AI, dan cloud tracking memperluas use-case ke industri, kesehatan, pendidikan, dan metaverse.

Perjalanan ini memperlihatkan bagaimana AR berevolusi dari prototipe laboratorium berat menjadi fitur sehari-hari di ponsel, dan kini menuju pengalaman spatial computing yang semakin natural dan imersif.

Komponen Utama Augmented Reality

Komponen Utama Augmented Reality

Lapisan Komponen Kunci Peran dalam Sistem AR
Perangkat Keras 1. Display
  • Smartphone / tablet (handheld)
  • Head-mounted display (HoloLens, Magic Leap)
  • Smart glasses & HUD di helm/kendaraan
Menyajikan gabungan konten digital-fisik ke mata pengguna.
2. Sensor & Kamera
  • Kamera RGB / IR, LiDAR / depth sensor
  • IMU (accelerometer, gyroscope, magnetometer)
  • GPS & barometer
Menangkap citra lingkungan, kedalaman, orientasi, serta lokasi--data mentah untuk pelacakan dan mapping.
3. Prosesor & GPU Memproses algoritma SLAM, computer-vision, dan merender objek 3D secara real-time.
Perangkat Lunak 4. Tracking & Mapping Engine
  • Marker-based tracking
  • Markerless SLAM (Visual-Inertial Odometry)
Menentukan posisi & rotasi perangkat serta memetakan permukaan agar konten digital ditempatkan stabil.
5. Rendering Engine
  • Unity, Unreal
  • Three.js, Sceneform
Menghitung perspektif, pencahayaan, serta menggambar objek 2D/3D ke frame kamera.
6. Content Management / SDK
  • ARKit, ARCore, Vuforia
  • Framework WebAR
Menyediakan API deteksi plane, occlusion, face/body tracking, dan pipeline deploy konten AR.
Interaksi & UX 7. Input Control
  • Touch, gestur tangan, kontrol suara
  • Eye-tracking & haptic feedback
Memungkinkan pengguna menempatkan, memanipulasi, dan berinteraksi dengan objek virtual secara natural.
8. Cloud & Networking
  • AR Cloud, edge computing
  • Spatial anchors & sinkron multi-user
Menyinkronkan data lokasi dan konten lintas perangkat untuk pengalaman AR multi-user serta objek persisten.

Cara Kerja AR

Augmented Reality (AR) menciptakan ilusi “menyisipkan” objek digital ke dunia nyata melalui empat tahap utama: pencatatan (capture), pelacakan & pemetaan (tracking & mapping), perenderan (rendering), dan penayangan (display). Berikut alur kerjanya secara ringkas namun mendalam:

Cara Kerja Augmented Reality

Cara Kerja Augmented Reality

Tahap Proses Inti Apa yang Terjadi di Balik Layar
1. Capture Kamera RGB/LiDAR dan sensor IMU (accelerometer, gyroscope) menangkap citra lingkungan, kedalaman, serta orientasi perangkat secara real-time.
  • Sensor fusion menyatukan data video & inersia.
  • Frame video dikirim ke modul vision untuk dianalisis.
2. Tracking &
Mapping
Engine SLAM (Simultaneous Localization and Mapping) atau marker-based algoritme mendeteksi fitur, menghitung posisi (pose) perangkat, dan membuat peta 3D permukaan (plane).
  • Fiducial marker → pola/QR di dunia nyata sebagai referensi.
  • Markerless SLAM → deteksi fitur alami (sudut meja, tekstur dinding) + data IMU untuk memperkirakan pose kontinu.
3. Rendering Setelah posisi kamera dan geometri ruang diketahui, mesin grafik (Unity, Unreal, Sceneform, Three.js) men-draw objek 2D/3D dengan skala, perspektif, dan pencahayaan yang selaras dunia nyata.
  • Hitung transformasi matriks (model × view × projection).
  • Terapkan shading, occlusion mask, dan light-estimation agar objek tampak "menyatu".
4. Display &
Interaction
Frame campuran (feed kamera + layer virtual) dikirim ke layar smartphone, tablet, atau HMD. Pengguna berinteraksi via sentuhan, gestur tangan, kontrol suara, atau eye-tracking.
  • Render loop 30 - 120 fps untuk mencegah lag/motion-sickness.
  • Event input memicu update posisi/animasi objek virtual.

Jenis-Jenis AR

Marker-Based AR

Marker-based augmented reality menggunakan pola visual misalnya kode QR atau gambar bercorak khusus sebagai “jangkar” untuk menempatkan objek digital. Ketika kamera mendeteksi marker, sistem menghitung orientasi marker tersebut lalu menempelkan model 3D persis di atasnya. Akurasinya tinggi dan stabil, tetapi aplikasi harus menyediakan atau mencetak marker di lingkungan fisik (contohnya katalog furniture dengan kartu AR atau buku pelajaran bergambar QR).

Markerless AR (SLAM)

Jenis ini memanfaatkan algoritme Simultaneous Localization and Mapping (SLAM) bersama sensor IMU untuk mengenali fitur alami tekstur lantai, sudut meja, pola dinding tanpa perlu marker. Begitu peta ruang tercipta, pengguna bebas menempatkan sofa virtual di ruang tamu atau monster Pokémon di halaman rumah. Markerless AR menjadi tulang punggung aplikasi mobile populer seperti IKEA Place, Snapchat Lenses, hingga Pokémon GO.

Projection AR

Pada projection AR, proyektor menembakkan citra langsung ke permukaan nyata sehingga pengguna melihat informasi digital “menyatu” tanpa layar. Versi interaktif dapat melacak gerakan tangan dan memperbarui proyeksi seketika. Teknologi ini banyak dipakai untuk peta meja di museum, presentasi instalasi seni, hingga menampilkan instruksi perakitan pada lini produksi industri.

Superimposition AR

Superimposition AR “menimpa” objek fisik dengan versi digitalnya. Sistem mengenali bentuk objek nyata lalu menggantinya secara sebagian atau penuh dengan lapisan grafis. Contoh populer adalah aplikasi make-up virtual yang mengganti warna lipstik secara real-time atau aplikasi otomotif yang menampilkan komponen mesin transparan di atas kap mobil.

Location-Based AR

Location-based AR memicu konten berdasarkan koordinat GPS, kompas, dan akselerometer perangkat. Ketika pengguna mencapai titik tertentu, aplikasi menampilkan informasi atau objek virtual yang relevan dengan lokasi tersebut. Contohnya Google Maps Live View yang memproyeksikan panah navigasi di jalan raya, atau aplikasi tur kota yang menayangkan fakta sejarah saat Anda mengarahkan ponsel ke bangunan bersejarah.

Outlining AR

Outlining AR mendeteksi tepi (outline) objek besar—seperti kendaraan, jalur parkir, atau rintangan jalan—lalu menyorotnya agar lebih mudah dilihat dalam kondisi cahaya redup. Teknologi ini diterapkan pada sistem bantuan parkir mobil, helm pilot jet tempur, maupun kacamata keselamatan pekerja konstruksi untuk menandai area berbahaya.

Frameworks & Tools Pengembangan

Augmented-reality apps dapat dikembangkan di hampir semua platform mobile, web, hingga headset berkat beragam framework & tool yang kini tersedia. Pada level native, ARKit (Apple) dan ARCore (Google) mengemas SLAM, occlusion, dan depth API langsung di iOS dan Android. Untuk lintas-platform, game engines seperti Unity (AR Foundation) dan Unreal Engine menyediakan pipeline grafis canggih plus integrasi ARKit/ARCore otomatis. 

Ekosistem web tak kalah matang dengan 8th Wall, Three.js + AR.js, dan A-Frame yang menghadirkan pengalaman WebAR tanpa instal aplikasi. Sementara itu, kreator konten sosial memanfaatkan Spark AR Studio (Meta) dan Lens Studio (Snap) guna membuat filter AR yang dapat menjangkau miliaran pengguna. Tabel di bawah merangkum fitur utama, platform target, dan use-case terbaik tiap tool sehingga developer dapat memilih stack yang paling sesuai kebutuhan proyek.

Perbandingan AR SDK
Tool / SDK Platform Fitur Sorotan Use-case Ideal
ARKit 6 iOS / visionOS Depth API, Scene Geometry, LiDAR occlusion, motion capture Interior design, LiDAR-based measurement
ARCore Android / iOS (cross-device) Cloud Anchors, Depth API, Geospatial API Navigasi AR, pengalaman multi-user
AR Foundation Unity package (iOS + Android) Abstraksi fitur ARKit/ARCore + hand-tracking, meshing Build once, deploy mobile/headset
Vuforia Engine iOS, Android, UWP, HMD Image/Model Target, Ground Plane, VuMarks Marker + model tracking di manufaktur

Contoh  Penerapan AR di Berbagai Industri

Augmented Reality (AR) telah melampaui ranah gim Pokémon GO: teknologi ini kini dipakai untuk menaikkan penjualan ritel, memangkas downtime pabrik, mempercepat operasi medis, hingga memandu pekerja gudang

Di bawah ini adalah rangkuman penerapan AR di tujuh sektor utama lengkap dengan studi kasus terkini.

1. Ritel & E-commerce

AR “virtual try-on” memungkinkan pelanggan mencoba produk tanpa menyentuh barang fisik. Glimpse Group meluncurkan TRYO, aplikasi yang menampilkan ratusan model sepatu, jam, dan kacamata dalam 3D sehingga konsumen dapat melihat kecocokan sebelum checkout. Cartier pun menguji Looking Glass cincin digital yang diproyeksikan langsung ke jari pengunjung butik mewahnya.

2. Manufaktur & Industri 4.0

Di lini produksi, teknisi memakai kacamata AR untuk menerima instruksi overlay 3D saat perakitan atau perbaikan mesin memotong waktu pelatihan dan kesalahan manusia. AR juga dipakai untuk inspeksi kualitas real-time sehingga cacat produk bisa dicegah sebelum keluar pabrik.

3. Kesehatan & Bedah

Rumah sakit memanfaatkan AR untuk pelatihan dan panduan intra-operasi. Visualisasi anatomi 3D di atas tubuh pasien membantu dokter merencanakan sayatan secara presisi, meningkatkan kesiapan dan hasil bedah.

4. Pendidikan

Aplikasi seperti CoSpaces Edu dan JigSpace mengizinkan siswa “memunculkan” model sel, molekul, atau mesin di meja kelas, membuat konsep abstrak lebih mudah dicerna dan meningkatkan partisipasi belajar.

5. Otomotif

Produsen seperti Valeo dan BMW menanamkan augmented reality head-up display (AR-HUD) pada kaca depan: petunjuk navigasi, batas kecepatan, dan bahaya jalan diproyeksikan langsung ke bidang pandang pengemudi

Isu Etika & Privasi

1. Pengumpulan & Penyimpanan Data Lokasi

AR bergantung pada GPS, kamera, dan sensor untuk memetakan lingkungan. Data spasial yang terekam termasuk tata letak rumah atau kantor pengguna dapat mengungkap kebiasaan dan rute harian. Tanpa kebijakan consent dan enkripsi yang jelas, informasi ini berisiko diperdagangkan atau diakses pihak tak berwenang.

2. Pengenalan Wajah & Biometrik

Filter AR makin sering memakai face-tracking dan deteksi gesture tangan. Jika data biometrik disimpan di server, muncul ancaman surveillance massal dan pencurian identitas. Beberapa yurisdiksi (GDPR, Illinois BIPA) kini mewajibkan persetujuan eksplisit dan larangan pemrosesan berlebih.

3. Konten Manipulatif & Deepfake

Overlay digital bisa “menimpa” realitas, membuka celah penyebaran hoaks visual atau iklan terselubung. Pengguna sulit membedakan mana objek nyata dan mana konten berbayar menimbulkan dilema transparansi dan potensi manipulasi perilaku.

4. Privasi Orang Sekitar (Bystander Privacy)

Saat seseorang merekam AR, kamera juga menangkap wajah, benda pribadi, atau dokumen orang lain di latar. Individu yang tidak ikut menggunakan aplikasi seringkali tidak menyadari atau tidak setuju bahwa data mereka tersimpan di cloud.

5. Keamanan Data Lingkungan (AR Cloud)

AR multi-user memerlukan “peta dunia bersama” (spatial anchor). Jika AR Cloud bocor, detail interior pabrik, museum, bahkan pangkalan militer dapat dimanfaatkan untuk peretasan fisik (crime mapping). Enkripsi ujung-ke-ujung dan kontrol akses granular menjadi mutlak.

Kesimpulan 

Augmented Reality bukan lagi sekadar ​“fitur keren” dalam gim; ia telah menjelma sebagai teknologi strategis yang mampu:

  • Meningkatkan pengalaman pelanggan – dari virtual try-on hingga navigasi berbasis kamera.
  • Memacu efisiensi operasional – panduan perakitan, remote‐assistance, dan pick-by-vision telah terbukti memotong waktu & biaya.
  • Membuka model bisnis baru – konten berlangganan, iklan berbasis lokasi, sampai pelatihan imersif berbayar.

Namun manfaat tersebut hanya tercapai bila proyek AR dirancang dengan:

  1. Fondasi teknis yang tepat (ARKit/ARCore, Unity, WebAR, dst.).
  2. Desain UX yang aman dan inklusif.
  3. Kepatuhan etika serta privasi untuk melindungi data spasial dan biometrik pengguna.


Bangun Solusi AR Andal bersama SoftwareSeni

Ingin:

  • meluncurkan fitur virtual try-on di aplikasi e-commerce,
  • menerapkan panduan perawatan mesin lewat kacamata AR, atau
  • membuat kampanye WebAR yang langsung berjalan di browser?

Tim SoftwareSeni siap membantu mulai dari validasi use-case, pemilihan framework, desain 3D/UX, hingga integrasi backend dan deployment di cloud plus audit keamanan & privasi sesuai regulasi.

👉 Kunjungi softwareseni.co.id atau jadwalkan sesi konsultasi gratis. Mari ubah ide Anda menjadi pengalaman AR yang m

PENULIS
Ivan Firmansyah
BAGIKAN ARTIKEL INI
Jelajahi lebih jauh berbagai layanan otomotif kami di sini!
MULAI
MULAI

Bicarakan Tantangan Anda

Kami bantu dan ubah ide menjadi solusi yang terukur dan impactful

Get In Touch

Let's Talk!

Punya Project atau Ingin Bekerja Sama?
Hubungi kami dan kembangkan Software impianmu, sekarang!